Minggu, 31 Mei 2009

BELUM JELAS, DEFINISI SEKOLAH GRATIS

Berbagai macam iklan tentang sekolah gratis bertebaran di berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik. Bahkan, sekolah-sekolah (SD dan SMP) di Kabupaten Garut berlomba-lomba memasang spanduk "menyelenggarakan pendidikan gratis".

Mayoritas siswa juga orang tuanya berasumsi bahwa sekolah gratis adalah semuanya serba gratis. Artinya, biaya, buku-buku, pakaian seragam, sepatu, tas, pas foto, ...pokoknya yang ada hubungannya dengan keperluan sekolah adalah gratis, sekali lagi G-R-A-T-I-S. Pertanyaannya adalah: Apakah memang demikian? Apa saja sebenarnya yang gratis itu? Jika akan mengadakan karyawisata, misalnya ke tempat bersejarah, apakah digratiskan juga? Bagaimana bentuk pemberdayaan partisipasi masyarakat dalam memajukan sekolah, digratiskan juga?

Pada umumnya, sekolah merasakan beban yang tidaklah ringan dengan kebijakan yang terburu-buru ini. Sebab, dana yang digulirkan pemerintah untuk sekolah-sekolah belumlah memadai, belum mencukupi untuk kebutuhan sekolah. Adapun BOS buku biayanya ternyata kecil sekali. Tidak semua buku pelajaran dapat dipenuhi, demikian juga jumlahnya. Padahal untuk kepentingan pembelajaran, keberadaan serta kelengkapan buku-buku sudah barang tentu harus terpenuhi.

Adanya program sekolah gratis seyogianya tidak untuk semua, tetapi terbatas pada kalangan siswa yang berasal dari masyarakat yang kurang atau tidak mampu. Demikian juga rincian yang digratiskannya hendaknya dijabarkan dan disosialkan pula secara jelas dan gamblang.


Sabtu, 30 Mei 2009

AKHIR SEBUAH PERJALANAN

Hampir setahun kami ada di sini. Banyak yang mesti dicatat. Banyak yang mendapat tempat. Kuliah tinggal seminggu lagi. Lalu kami ujian. Hasilnya entah. Apakah setahun lebih berharga daripada 10 hari? Jika ya, memang demikianlah seharusnya. Orang awam pun akan tahu jawabannya. Kami hanya berharap, cita-cita kami tidaklah lenyap. Kami ingin setahun di sini, (karena meninggalkan anak istri, meninggalkan tugas sebagai pegawai negeri, cuti) menghasilkan sesuatu yang penuh makna, nyata, bukan maya. Membuka mata dan tidak buta. Berdaya dan bertenaga. Membawa serta semangat menyala, bukan hanya untuk keluarga, melainkan juga untuk para siswa, anak-anak bangsa, generasi Indonesia. Semoga!